Nama : Fandi Noerfadillah
Kelas : 3PA05
NPM : 12510591
Terapi psikoanalisis merupakan hasil dari tokoh
psikologi yang bernama Sigmund Freud. Psikoanalisis merupakan teknik
atau metoda pengobatan yang dilakukan oleh terapis dengan cara menggali
permasalahan dan pengalaman yang direpresnya selama masa kecil serta
memunculkan dorongan-dorongan yang tidak disadarinya selama ini. Tujuannya
uintuk mengubah kesadaran individu, sehingga segala sumber permasalahan
yang ada didalam diri individu yang semulanya tidak sadar menjadi sadar, serta
memperkuat ego individu untuk dapat menghadapi kehidupan yang realita.
Tujuan terapi Psikoanalisis
Membentuk kembali struktur karakter individu dengan
jalan membuat kesadaran yang tak disadari didalam diri klien dan focus pada
upaya mengalami kembali pengalaman masa kanak-kanak
Jenis-jenis terapi
Asosiasi Bebas
Asosiasi Bebas merupakan teknik utama dalam
psikoanalisis. Terapis meminta klien agar membersihkan
pikirannya dari pikiran-pikiran dan renungan-renungan sehari-hari,
serta sedapat mungkin mengatakan apa saja yang muncul dan melintas dalam
pikiran. Cara yang khas adalah dengan mempersilakan klien berbaring di
atas balai-balai sementara terapis duduk di belakangnya,
sehinggatidak mengalihkan perhatian klien pada saat-saat
asosiasinya mengalir dengan bebas.
Asosiasi bebas merupakan suatu metode pemanggilan
kembali pengalaman-pengalaman masa lampau dan pelepasan emosi-emosi yang
berkaitan dengan situasi traumatis masa lalu, yang kemudian dikenal
dengankatarsis.
Penafsiran (Interpretasi)
Penafsiran merupakan prosedur dasar di dalam
menganalisis asosiasi bebas, mimpi-mimpi, resistensi, dan transferensi.
Caranya adalah dengan tindakan-tindakan terapis untuk menyatakan, menerangkan,
dan mengajarkan klien makna-makna tingkah laku apa yang dimanifestasikan dalam
mimpi, asosiasi bebas, resistensi, dan hubungan terapeutik itu sendiri. Fungsi
dari penafsiran ini adalah mendorong ego untuk mengasimilasi
bahan-bahan baru dan mempercepat
proses pengungkapan alam bawah sadar secara lebih
lanjut.Penafsiran yang diberikan oleh terapis menyebabkan adanya pemahaman
dan tidak terhalanginya alam bawah sadar pada diri klien.
Analisis Mimpi
Studi Freud yang mendalam tentang mimpi melahirkan
pandangan-pandangan kritisnya tentang hal ini. Bukunya yang berjudul “The
Interpretation of Dreams” (1899) adalah telaah intensif atas mimpi yang
dilakukannya. Mimpi bagi Freud sejajar dengan gejala-gejala penderita neurosis
dan interpretasi atasnya selalu mendukung hipotesisnya. Baginya mimpi adalah
merupakan pemenuhan yang tersamar dan bersifat halusinasi atas
keinginan-keinginan yang terpaksa ditekan. Bagian teori tentang mimpi yang
paling hakiki dan vital bagi Freud adalah adanya kaitan antara distorsi mimpi
dengan suatu konflik batiniah atau semacam ketidakjujuran batiniah (jurnal
“Mengkaji Lucia Hartini Dan Lukisannya Dari Perspektif Psikoanalisis)
Analisis mimpi adalah prosedur atau cara yang
penting untuk mengungkap alam bawah sadar dan memberikan kepada klien
pemahaman atas beberapa area masalah yang tidak terselesaikan. Selama
tidur, pertahanan-pertahanan melemah, sehingga
perasaan-perasaan yang direpres akan muncul ke permukaan,
meski dalam bentuk lain. Freud memandang bahwa mimpi merupakan "jalan
istimewa menuju ketidaksadaran", karena melalui mimpi tersebut
hasrat-hasrat, kebutuhan-kebutuhan, dan ketakutan tak sadar dapat diungkapkan.
Beberapa motivasi sangat tidak dapat diterima oleh
seseorang,sehingga akhimya diungkapkan dalam bentuk yang disamarkan
atau disimbolkan dalam bentuk yang berbeda.
Mimpi memiliki dua taraf, yaitu isi
laten dan isi manifes. Isi laten terdiri atas
motif-motif yang disamarkan, tersembunyi, simbolik,dan tidak disadari.
Karena begitu menyakitkan dan mengancam, maka dorongan-dorongan seksual dan
perilaku agresif tak sadar(yang merupakan isi laten) ditransformasikan ke dalam
isi manifes yang lebih dapat diterima, yaitu impian yang tampil pada si pemimpi
sebagaimana adanya. Sementara tugas terapis adalah mengungkapmakna-makna yang
disamarkan dengan mempelajari simbol-simbol yang terdapat dalam
isi manifes. Di dalam proses terapi, terapis juga dapat meminta klien
untuk mengasosiasikan secara bebas sejumlah aspek isi manifes impian untuk
mengungkap makna-makna yang terselubung.
Analisis Resistensi
Resistensi adalah sesuatu yang melawan kelangsungan
terapi dan mencegah klien mengemukakan bahan yang tidak disadari. Selama
asosiasi bebas dan analisis mimpi, klien dapat menunjukkan
ketidaksediaan untukmenghubungkan pikiran, perasaan, dan
pengalaman tertentu. Freud memandang bahwa resistensi dianggap sebagai
dinamika tak sadar yang digunakan oleh klien sebagai pertahanan terhadap
kecemasan yang tidak bisa dibiarkan, yang akan meningkat jika klien menjadi
sadar atas dorongan atau perasaan yang direpres tersebut.
Analisis Transferensi
Resistensi dan transferensi merupakan dua hal inti
dalam terapi psikonalisis. Transferensi dalam keadaan normal adalah
pemindahan emosi dari satu objek ke objek lainnya, atau secara lebih
khusus pemindahan emosi dari orangtua kepada terapis. Dalam keadaan
neurosis, merupakan pemuasan libido klien yang diperoleh melalui mekanisme
pengganti atau lewat kasih sayang yang melekat dan kasih sayang pengganti.
Seperti ketika seorang klien menjadi lekat dan jatuh cinta pada terapis
sebagai pemindahan dari orangtuanya. Dengan cara ini, maka diharapkan
klien dapat menghidupkan kembali masa lampaunya dalam terapi dan
memungkinkan klien mampu memperoleh pemahaman atas sifat-sifat dari
fiksasi-fiksasi, konflik-konflik, serta mengatakan kepada klien suatu pemahaman
mengenai pengaruh masa lalu terhadap kehidupannya saat ini.
Kelebihan Dan Kekurangan Terapi Psikoanalisis
Kelebihan
1. Terapi ini memiliki dasar teori yang kuat.
2. Dengan terapi ini terapis bisa lebih mengetahui masalah pada diri
klien, karena prosesnya dimulai dari mencari tahu pengalaman-pengalaman masa
lalu pada diri klien.
3. Terapi ini bisa membuat klien mengetahui masalah apa yang selama
ini tidak disadarinya.
Kekuranga
1. Waktu yang dibutuhkan dalam terapi terlalu panjang
2. Memakan banyak biaya bagi klien
3. Karena waktunya lama, bisa membuat klien menjadi jenuh
4. Diperlukan terapis yang benar-benar terlatih untuk melakukan terapi
Tiada ulasan:
Catat Ulasan