Dikembangkan oleh
Carl Ransom Rogers pada tahun 1940 – an sampai dengan 1950 – an, sehingga
sering juga disebut Rogerian Counselling atau Rogerian
Therapy, meskipun Rogers sendiri tidak setuju dengan istilah itu.
Ketidaksetujuan Rogers ini erat kaitannya dengan proses awal munculnya PCT
tersebut. Rogers sendiri pertama-tama tidak bermaksud membuat suatu aliran
terapi tersendiri. Ia hanya mengemukakan serangkaian hipotesis tentang penyebab
perubahan kepribadian secara konstruktif. Kemudian ia menguji serangkaian
hipotesis tersebut kepada klien-kliennya. Rogers juga mendorong dikembangkannya
praktik terapi yang dipeloporinya melalui berbagai penelitian dan percobaan
sehingga teknik tersebut dapat berkembang terus. Person centered therapy
terdiri dari empat tahap:
1. Periode pertama (tahun 1940-an)
2. Periode kedua (tahun 1950-an)
3. Periode ketiga (tahun 1950-1970)
4. Periode keempat (tahun 1980-1990)
KARAKTERISTIK TERAPI
PCT
Terapis
yang berhasil, menunjukkan empat karakteristik sebagai berikut:
1. Penghargaan positif tanpa
syarat (unconditional positive regard)
Secara jujur dan
tulus, terapis harus menyukai kliennya. Terapis tidak harus menyetujui setiap
perilaku kliennya, namun ia harus mampu membedakan antara dosa dan pendosa (sins
and sinner), perilaku salah dan orang salah.
2. Empati secara akurat (accurate
empathy)
Ini berarti kemampuan
untuk mempersepsi secara akurat dunia internal klien dengan menggunakan cara
non-evaluatif. Untuk menunjukkan empati secara akurat, terapis berusaha
mengetahui bahwa ia bersungguh-sungguh mengerti apa yang dimaksud klien.
Semakin terapis mampu merasakan secara akurat perasaan-perasaan dan makna-makna
pribadi yang sedang dialami klien, kemudian mengkomunikasikan pemahaman yang
penuh penerimaan ini, maka akan semakin besar kemungkinannya terjadi perubahan
pada diri klien dalam proses terapi.
3. Kongruensi dalam hubungan
interpersonal (congruence in interpersonal relationship)
Kesediaan terapis
untuk menjadi dirinya sendiri secara alamiah dan terbuka, dalam hubungannya
dengan orang lain. Kondisi ini ditandai dengan hubungan yang tulus dan tidak
mengada-ada (realistis).
4. Belajar dari klien (learn
from the client)
Terapis yang baik
harus mampu berdiam diri dan menyimak (active listening). Terapi adalah
komunikasi dua arah, sehingga terapis dapat belajar dan memperoleh manfaat
tertentu dari hubungan dengan kliennya.
TAHAP-TAHAP PROSES
TERAPI
Umumnya terdapat 7
(tujuh) tahapan terapi:
Tahap
1 : Komunikasi
klien biasanya tentang hal-hal di luar dirinya, bukan tentang dirinya.
Tahap
2 : Klien
mulai mendeskripsikan perasaan-perasaan namun belum mengenali atau
“memiliki”
perasaan tersebut secara personal.
Tahap
3 : Klien mulai membuka
dirinya namun masih menganggapnya sebagai obyek,biasanya diungkapkan dalam
bingkai pengalaman masa lalu.
Tahap
4 : Klien
mulai mengalami perasaan-perasaan saat ini, namun masih terbatas pada
deskripsi
tentang perasaan-perasaan itu, disertai dengan ketidakpercayaan dan
ketakutan.
Klien belum berani mengungkapkan perasaan-perasaan tersebut secara
langsung.
Tahap
5 : Klien
mengalami dan mengungkapkan perasaan-perasaan secara bebas
dalam konteks saat ini. Perasaaan- perasaan senyatanya mulai
“terangkat” ke kesadaran, dan klien mempunyai dambaan untuk mengalaminya.
Tahap
6 : Klien
menerima perasaan-perasaannya dalam segenap kekayaan dan
dimensi kekiniannya.
Tahap
7 : Klien
mempercayai pengalaman baru dan bergaul dengan orang lain secara terbuka dan
bebas.
Kalau pengalaman
terapi ini berjalan lancar, maka dapat menimbulkan dorongan aktualisasi diri
yang lebih besar, yang ditandai oleh meningkatnya kongruensi, keterbukaan
terhadap pengalaman, penyesuaian, korespondensi antara diri senyatanya dengan
diri ideal (actual dan ideal self), penghargaan diri, penerimaan
terhadap diri dan orang lain, dan mulai menghargai nilai-nilai organismik.
Kelemahan dan
kelebihan client-centered therapy
Kelebihan
pendekatan client centered therapy
1. Pemusatan pada klien dan bukan pada therapist
2. Identifikasi dan hubungan terapi sebagai wahana utama dalam
mengubah kepribadian.
3. Lebih menekankan pada sikap terapi daripada teknik.
4. Memberikan kemungkinan untuk melakukan penelitian dan penemuan
kuantitatif.
5. Penekanan emosi, perasaan, perasaan dan afektif dalam terapi
6. Menawarkan perspektif yang lebih up-to-date dan optimis
7. Klien memiliki pengalaman positif dalam terapi ketika mereka fokus
dalam menyelesaiakan masalahnya
8. Klien merasa mereka dapat mengekpresikan dirinya secara penuh
ketika mereka mendengarkan dan tidak dijustifikasi
Kekurangan
pendekatan client-centered therapy
1. Terapi berpusat pada klien dianggap terlalu sederhana
2. Terlalu menekankan aspek afektif, emosional, perasaan
3. Tujuan untuk setiap klien yaitu memaksimalkan diri, dirasa terlalu
luas dan umum sehingga sulit untuk menilai individu.
4. Tidak cukup sistematik dan lengkap terutama yang berkaitan dengan
klien yang kecil tanggungjawabnya.
5. Sulit bagi therapist untuk bersifat netral dalam situasi hubungan
interpersonal.
6. Tetapi menjadi tidak efektif ketika konselor terlalu
non-direktif dan pasif. Mendengarkan dan bercerita saja tidaklah cukup
7. Tidak bisa digunakan pada penderita psikopatology yang parah
8. Minim teknik untuk membantu klien memecahkan masalahnya
Referensi
Corey, G. (2009). Theoryand Practice Of Counseling And
Psychotherapy. USA: Thomson Books.
Fadol, Ajudan. 2012. Makalah Client Centered Therapy (CCT).
Ivey, A. E., D’Andrea, M., Ivey, M. B., & Simek-Morgan, L.
(2009). Theories Of Conseling Dan Psychotherapy. Canada: Pearson Education, Inc.
Gillon, W. 2007. Person Centred Counseling Psychology and
Introduction. Sage Publications: London
Sommers, J., & Rita, S. 2004. Counseling and
Psycotherapy Theories in Context and Practice Skill Strategies and Techniques.
John Willey & Sons Inc: New Jersey
Tudor, K., & Milk, W. 2006. Person Centred Therapy A
Clinical Philosophy. Routledge: USA
Tiada ulasan:
Catat Ulasan