Di Wina Austria,
Victor Emil Frankl dilahirkan di Wina Austria, pada tanggal 26 Maret 1905 dari
keluarga Yahudi yang sangat kuat memegang tradisi, nilai-nilai dan kepercayaan
Yudaisme. Hal ini berpengaruh kuat atas diri Frankl yang ditunjukkan oleh minat
yang besar pada persoalan spiritual, khususnya persoalan mengenai makna hidup.
Di tengah suasana yang religius itulah Frankl menjalani sebagian besar hidupnya.Dalam
bagian pertama buku Man’s Seach for Meaning (Frankl, 1963), mengisahkan
penderitaan Frankl selama menjadi tawanan Yahudi di Auschwitz dan beberapa kamp
konsentrasi Nazi lainnya. Kehidupannya selama tiga tahun di kamp konsentrasi
adalah kehidupan yang mengerikan. Setiap hari, ia menyaksikan tindakan-tindakan
kejam, penyiksaan, penembakan, pembunuhan masal di kamar gas atau eksekusi
dengan aliran listrik. Pada saat yang sama, ia juga melihat peristiwa-peristiwa
yang sangat mengharukan, berkorban untuk rekan, kesabaran yang luar biasa, dan
daya hidup yang perkasa. Di samping para tahanan yang berputus asa yang
mengeluh,”mengapa semua ini terjadi pada kita? “mengapa aku harus menanggung
derita ini?” ada juga para tahanan yang berpikir “apa yang harus kulakukan
dalam keadaan seperti ini?”. Yang pertama umumnya berakhir dengan kematian, dan
yang kedua banyak yang lolos. Beliau mengakhiri perjalanan hidupnya di Vienna,
Austria pada 2,September 1997
Dari kisah yang
dialaminya itulah memunculkan beberapa pemikiran yang mendasari terciptanya
LOGOTERAPI. Sebuah terapi yang menggunakan pemakanaan tentang hidup sebagai
bahan kajiananya
Pengertian
Logoterapi secara
bahasa atau linguistik berasal dari kata logos dari bahasa yunani yang berarti
“makna”. Logoterapi juga dapat dikatakan sebagai sebuah upaya eksistensial
untuk menjalani kehidupan secara sehat melalui makna-makna kehidupan dari
pribadi atau diri manusia. Keinginan mencari makna hidup merupakan dasar utama
dari aliaran psikologi logoterapi ini.
Isi Teori
Dasar pemahaman
Siapa yang memiliki
suatu alasan (why) untuk hidup akan sanggup mengatasi persoalan hidup dengan
cara (how) apa pun. Kutipan inilah yang mendasari terbentuknya logo terapi.
Kutipan tersebut adalah kutipan dari Nietzsche yang menjadi motivator Frankl
dalam menjalani kehidupannya dalam kamp.
Teori tentang kodrat
manusia dalam Logoterapi dibangun diatas tiga asumsi dasar, dimana antara yang
satu dengan yang lainnya saling menopang, yakni:
a. kebebasan bersikap
dan berkehendak (the freedom to will)
b. kehendak untuk
hidup bermakna (the will to meaning)
c. tentang makna
hidup (the meaning of life)
Ajaran
Logoterapi
Ketiga asas itu
tercakup dalam ajaran logoterapi mengenai eksistensi manusia dan makna hidup
sebagai berikut.
a. Dalam setiap keadaan, termasuk dalam penderitaan sekalipun, kehidupan ini selalu mempunyai makna.
b. Kehendak untuk hidup bermakna merupakan motivasi utama setiap orang.
c. Dalam batas-batas tertentu manusia memiliki kebebasan dan tanggung jawab pribadi untuk memilih, menentukan dan memenuhi makna dan tujuan hidupnya.
d. Hidup bermakna diperoleh dengan jalan merealisasikan tiga nilai kehidupan, yaitu nilai-nilai kreatif (creative values), nilai-nilai penghayatan (eksperiental values) dan nilai-nilai bersikap (attitudinal values).
a. Dalam setiap keadaan, termasuk dalam penderitaan sekalipun, kehidupan ini selalu mempunyai makna.
b. Kehendak untuk hidup bermakna merupakan motivasi utama setiap orang.
c. Dalam batas-batas tertentu manusia memiliki kebebasan dan tanggung jawab pribadi untuk memilih, menentukan dan memenuhi makna dan tujuan hidupnya.
d. Hidup bermakna diperoleh dengan jalan merealisasikan tiga nilai kehidupan, yaitu nilai-nilai kreatif (creative values), nilai-nilai penghayatan (eksperiental values) dan nilai-nilai bersikap (attitudinal values).
Tujuan
Logoterapi
Tujuan dari
logoterapi adalah agar setiap pribadi:
a. Memahami adanya potensi dan sumber daya rohaniah yang secara universal ada pada setiap orang terlepas dari ras, keyakinan dan agama yang dianutnya;
b. Menyadari bahwa sumber-sumber dan potensi itu sering ditekan, terhambat dan diabaikan bahkan terlupakan;
c. Memanfaatkan daya-daya tersebut untuk bangkit kembali dari penderitaan untuk mamp[u tegak kokoh menghadapi berbagai kendala, dan secara sadar mengembangkan diri untuk meraih kualitas hidup yang lebih bermakna.
a. Memahami adanya potensi dan sumber daya rohaniah yang secara universal ada pada setiap orang terlepas dari ras, keyakinan dan agama yang dianutnya;
b. Menyadari bahwa sumber-sumber dan potensi itu sering ditekan, terhambat dan diabaikan bahkan terlupakan;
c. Memanfaatkan daya-daya tersebut untuk bangkit kembali dari penderitaan untuk mamp[u tegak kokoh menghadapi berbagai kendala, dan secara sadar mengembangkan diri untuk meraih kualitas hidup yang lebih bermakna.
Komponen-Komponen Konseling Logoterapi
Komponen-komponen
pribadi dalam konseling logoterapi adalah kemampuan, potensi, dan kualitas
insane dari diri konseli yang dijajagi, diungkap, dan difungsikan pada proses
konseling dalam rangka meningkatkan kesadaran terhadap makna dan tujuan
hidupnya.
Dalam logoterapi
usaha meningkatkan kesadaran atas kualitas dan kemampuan pribadi- seperti
pemahaman diri, pengubahan sikap, pengarahan diri, tanggungjawab, komitmen,
keimanan, cinta kasih, hati nurani, penemuan makna hidup-merupakan hal-hal
penting yang menentukan keberhasilan konseling. Selain itu konseli disadarkan
pula atas rasa tanggungjawab untuk mengubah sikap dan perilakunya menjadi lebih
baik dan lebih sehat serta bermanfaat bagi diri dan lingkungannya.
Tahapan Konseling Logoterapi
Ada empat tahap utama
didalam proses konseling logterapi diantaranya adalah:
1. Tahap perkenalan
dan pembinaan rapport.
Pada tahap ini diawali
dengan menciptakan suasana nyaman untuk konsultasi dengan pembina rapport yang makin lama makin membuka peluang
untuk sebuah encounter. Inti sebuah encounter adalah penghargaan kepada sesama
manusia, ketulusan hati, dan pelayanan. Percakapan dalam tahap ini tak jarang
memberikan efek terapi bagi konseli.
2. Tahap pengungkapan
dan penjajagan masalah.
Pada tahap ini
konselor mulai membuka dialog mengenai masalah yang dihadapi konseli. Berbeda
dengan konseling lain yang cenderung membeiarkan konseli “sepuasnya”
mengungkapkan masalahnya, dalam logoterapi konseli sejak awal diarahkan untuk
menghadapi masalah itu sebagai kenyataan.
3. Pada tahap
pembahasan bersama,
Paada tahap ini
konselor dan konseli bersama-sama membahas dan menyamakan persepsi atas masalah
yang dihadapi. Tujuannya untuk menemukan arti hidup sekalipun dalam
penderitaan.
4. Tahap evaluasi dan
penyimpulan
Mencoba memberi
interpretasi atas informasi yang diperoleh sebagai bahan untuk tahap
selanjutnya, yaitu perubahan sikap dan perilaku konseli. Pada tahap-tahap ini
tercakup modifikasi sikap, orientasi terhadap makna hidup, penemuan dan
pemenuhan makna, dan pengurangan symptom.
Sumber :
Ancok, Djamaludin. 2003. Logoterapi: Terapi Psikologi melalui Pemaknaan
Eksistensi. (cetakan pertama). Penerbit: Kreasi Wacana Yogyakarta
Eksistensi. (cetakan pertama). Penerbit: Kreasi Wacana Yogyakarta
Bastaman, H.D.
2007. Logoterapi “Psikologi untuk Menemukan Makna Hidup
dan Meraih Hidup Bermakna”. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
dan Meraih Hidup Bermakna”. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan